Tulisan ini dibawah ini memang bukan tulisan Eyang Soekarnen, tetapi Pidato pengukuhan Prof Sardjito sebagai guru besar. Tetapi yang mengagumkan di tulisan teks pidato ini ditulis penelitian eyang ttg bakteri di lembaga Pasteur Klaten. Cerita ini bisa menjadi penjelasan kenapa Eyang pindahd ari Bandung ke Klaten, ternyata karena di klaten Eyang memimpin Lembaga Pasteur disana. Penelitian tentang bakteri dan jamur ini juga dikatakan oleh Prof Sardjito sebagai sesuatu yang tidak akan sia-sia. Terbukti memang tempe sebagai salah satu materi penelitian sekarang sudah menjadi makanan pokok dinegara ini.
Kewadjiban
Para Ahli Ilmu Bakteri Dan Ahli
Ilmu
Hajat Didalam Djaman Pembangunan
Indonesia
Merdeka.
PIDATO
– PELANTIKAN, DIUTJAPKAN WAKTU MEMANGKU
DJABATAN
GURU BESAR PADA PERGURUAN TINGGI
KEDOKTERAN
TJABANG SURAKARTA
TANGGAL
17 APRIL 1946
OLEH
PROF.
DR. M. SARDJITO.
Para Tamu Agung
jang mulia,
Para Guru Besar
jang allamah,
Para Guru dan
Doctor jang berilmu,
Tuan2 dan Nona2
Maha Siswa jang terhormat,
dan para hadirin
jang memerlukan datang kesini,
Pendengar jang budiman !
M E R D E K A !
Sebagaimana hadirin mengetahui,
sudah mendjadi adat kebiasaan, bahwa tiap2 guru baru mengutjapkan sebuah
pidato-pelantikan dihadapan medan ramai berkenan dengan ilmu pengetahuari jang
diadjarkannja. Maka seharusnjalah kewadjiban ini saja penuhi, dengan pengharapan,
mudah-mudahan sumbangan saja dapatlah membcri tjorak kepada Perguruan
Tinggi Kedokteran di Kota
Surakarta ini. Scbagai permulaan saja hendak menerangkan, tjorak apakah jang
saja harapkan. Sesungguhnja, tjorak jang harus kelihatan dan jang sangat saja harapkan
ialah: tjorak kebangsaan, Memang diseluruh dunia Perguruan Tinggi itu adalah
tempat untuk timbulnja dan berkembangnja perasaan kebangsaan.
Perasaan kebangsaan jang
berkobar-kobar didalam Sekolah Tinggi sangat kentara, tidak sadja di Perantjis,
di Inggeris, di Amerika, tctapi terdapat djuga di negeri-negeri-ncgeri kctjil sekalipun.
Sebaliknja, djika saja ambil tjomtoh dari Perguruan Tinggi Kedokteran didalam djaman
Belanda (G. H. S.), maka tidak seorangpun merasa, bahwa Perguruah itu mempunjai
suasana kebangsaan. Hal itu disebabkan oleh beberapa keadaan, antara lain
guru-gurunja mempunjai perasaan kebangsaan Belanda; hal ini bertentangan dengan
perasaan kebangsaan peladjar-peladjar Indonesia.
Maka dari itu sudah tentu, bahwa
Perguruan tersebut tidak mempunjai tjorak kebangsaan Indonesia. Terlebih-lebih keadaan itu diperkuat oleh
suara-suara jang tidak saja setudjui. Suara itu mengatakan, bahwa pada
Perguruan Tinggi biasanja diberikan peladjaran pengetahuan jang
bersifat Internasional. Djadi
menurut suara itu tadi, Perguruan Tinggi itu dengan sendirinja bertjorak
Internasional.
Suara inilah jang sesungguhnja
sangat membingungkan orang jang belum tetap imannja, jang belum tahu, bahwa
memang ada tempat lain jang melulu tersedia bagi para ahli untuk mengadjarkan
ilmu pengetahuannja. Tempat itu memang mempunjai suasana Internasional, misalnja
Institut für Tropen Krank heiten di Hamburg dll.
Tentu sadja jang berkewadjiban
memberi tjorak pada Perguruan Tinggi itu ialah:
I.
gurugurunja,
II.
mahasiswa-mahasiswanja.
Untuk mendjelaskan pendirian ini,
lebih baik saja mengambil tjontoh dari G.H.S. dulu. Beberapa ahli-penjiasat
jaitu guru-guru G.H.S. Prof. De Langen dan Prof. Donath telah menjelidiki hal
makanan penduduk didesa Kutawinangun sehari-harinja, pun djuga diperiksa keadaan
kesehatan penduduknja. Laporan-laporannja jang terkenal diseluruh Indonesia
sebagai,,Gobang Rapport" menjatakan, bahwa waktu itu tiap-tiap orang
sehari-harinja hanja makan bahan makanan seharga l gobang (2 ½ cent) sadja.
Tetapi terhadap keadaan kesehatan penduduk disitu sama sekali tidak ada
kcsimpulan `jang djelas. Apakah sesungguhnja makanan seharga l gobang itu sudah
tjukup bagi kcsehatan penduduk di Kutawinangun ?
Sekarang seandainja ahli penjelidik
kita jang mempunjai perasaan kebangsaan sedalamdalamnja, melakukan pemeriksaan
di Kutawinangun tadi, bagaimanakah kesimpulan mereka tentang hal itu ? Tentulah
mereka tidak segan menarik kesimpulan jang menegaskan, bahwa makanan tadi belum
mentjukupi, dan seterusnja kesehatan penduduk belum tjukup kuat (masih labiel)
untuk mendjalankan kewadjibannja jang berat, jaitu membangunkan tanah airnja.
Djika kesimpulan ini ditjotjokkan
dengan keadaan sekarang maka lebih teranglah maksudnja, oleh karena pada saat
ini, dari desa-desa seperti Kutawinangun terscbut, berdujundujunlah pemuda2
jang sanggup mcmbangunkan tanah air kita dan membela kemerdekaan Indonesia.
Supaja kekuatan djasmani dan rochani ini dapat berlipat ganda, haruslah
kesehatannja dipelihara dengan
sebaik-baiknja, supaja mereka djangan sampai mempunjai kesehatan jang labiel itu.
Tentu sadja pengaruh ahli
penjelidik sebagai Prof. De Langen dengan rapportnja kepada para mahasiswa
sangat berlainan dari pada pengaruh guru-guru jang mempunjai perasaan kebangsaan.
Djadi pendek kata didalam
Perguruan Tinggi itu haruslah terus-menerus diadakan latihan untuk
mempergunakan hasil penjelidikan bagi masjarakat kita, supaja dapatlah memberi
tjorak jang scbaik-baiknja kepada
Sekolah tadi, Dan bagaimanakah tjoraknja Sekolah Tabib Tingggi (Djakarta Ika
Daigaku) didalam djaman Djepang?
Sekolah tersebut djuga tidak
mempunjai tjorak kebangsaan, malahan seolah-olah ada kehendak dan dorongan dari
atas supaja Sekolah tersebut mempunjai tjorak Djepang.
Disini kita dapat mengetahui
bagaimana bedanja perasaan peladjar-peladjar pada waktu djaman Belanda dan
djaman Djepang. Didalam djaman politik-djadjahan Belanda kita bangsa Indonesia
sudah bertahun-tahun mendapat peratjunan rochani dari sipendjadjah, sehingga umumnja
kita sudah tidak merasai lagi, bahwa rochani kita tidak sehat. Maka dari itu
meskipun peladjar-peladjar mempunjai perasaan kenasionalan, pada waktu djaman
Belanda perasaan ini tidak dapat berkembang sebagaimana mestinja. Setelah
Belanda menjerah, maka berhentilah pengaruh keratjunan tersebut, kitapun lalu bangun dan
bangkit menudju kedjaman baru, Meskipun Djepang berdjandji memberikan kemerdekaan
kepada Indonesia, tetapi banjaklah tanda-tanda jang menjatakan, bahwa Djepang
sendiripun ingin akan mendjadjah
kita. Keadaan jang mengherankan ialah, bahwa keinginan kita untuk membrontak
terhadap pendjadjahan Belanda (meskipun bangsa Belanda lebih lemah dari pada
bangsa Djepang) tidak begitu keras dan umum seperti dalam djaman pendjadjahan Djepang,
pada hal bangsa Djepang waktu itu masih tampak gagah beraninja didalam
peperangan.
Melihat peristiwa janga
mengherankan ini, teringatlah saja kepada djawab saudara M. H. Thamrin
almarhum, tatkala saja bertanja: ,,Adalah saudara mempunjai rantjangan jang
djelas, supaja dapat kita merdeka dari pendjadjahan Belanda ?" Djawab
Ibeliau: ,,Harus kita tunggu, sampai datangnja kegemparan dunia
(wereld-castastrofe)". Tiada antara lama datanglah dengah
sekonjong-konjong perang dunia jang terachir ini, jang berakibat penjerahan Belanda kepada Djepang. Disitu
ternjatalah, bahwa djawab saudara Thamrin atas pertanjaan saja tadi benar,
sebab pada saat itu kita bangsa Indonesia baik tua maupun muda semuanja jakin,
bahwa kita harus berani berdjuang mati-matian untuk mentjapai kemerdekaan
kita, sehingga timbullah tindakan
mahasiswa di Djakarta, jang turut mendorong akan tertjapainja ,,Pengumuman
Kemerdekaan Republik Indonesia" ‘Disini sudah pada tempatnja bagi saja
untuk menjatakan penghargaan saja setinggitingginja terhadap perdjuangan batin
jang dilakukan oleh Maha Guru dan Maha Siswa untuk menentang sikap Djepang di
Ika Daigaku.
Didalam andjuran untuk memberi
tjorak kenasionalan pada Perguruan Tinggi umumnja djanganlah dilupakan, bahwa
saja djuga mengetahui kedudukan para tetamu, jaitu: mahasiswa dan guru jang
bukan bangsa Indonesia didalam Perguruan Tinggi Kedokteran ini. Di Sekolah Tinggi
di Sorbonne (Paris) adaIah ribuan mahasiswa jang bukan bangsa Perantjis.
Bagaimana djuga besarnja perasaan kebangsaan bangsa Perantjis, merekapun
berbesar hati djuga dapat menerima tetamu mahasiswa jang bukan bangsa
Perantjis. Dan sebaliknja para mahasiswa jang
bukan bangsa Perantjispun tidak
akan mempengaruhi tjorak kebangsaan Sekolah Tinggi tadi. Sebagai perlengkapan
tentu sadja kita memerlukan para guru jang bukan bangsa Indonesia, seperti
disini adalah djuga para guru bangsa Tionghoa, jaitu: Dr. Liem Han Tjiu dan Dr.
Njo Tjiang Khing di Surakarta dan Dr. jo Kian .Tjay di Klaten. Hal ini sudah
umum daIam- dunia pengetahuan; seperti di Sekolah Tinggi di Amerika dan di
negeri Belanda adalah guru bangsa Djerman dan sebaliknja; di: Sekolah Tinggi di
Negeri Djerman ada pula guru dari bangsa lain.
Didalam djaman pembangunan ini
kita sudah semestinja memerlukan beberapa guru Tionghoa untuk memperlengkap
susunan Guru. Maka disini sudah pada tempatnja, bila saja sebagai putera
Indonesia mengutjapkan banjak terima kasih kepada Guru-guru Tionghoa tersebut
jang djuga turut menjumbangkan
tenaga untuk memperbanjak kaum intelek kita.
Berdasar atas tjontoh-tjontoh
tadi maka saja menarik kesimpulan sebagai berikut: ;,Perguruan Tinggi harus
mempunjai tjorak Nasional dan Instituut-Instituut umumnja harus mempunjai
tjorak Internasional". Dan oleh karena Perguruan Tinggi Kedokteran tidak
berdiri sendiri sadja, tetapi djuga harus mendjadi tjabang pemupuk kebudajaan
tanah air kita, maka
tjorak Sekolah Tinggi itu harus
mendjadi tjermin dari kebudajaan Indonesia, hal mana mengandung arti
sedalam-dalamnja dan seluas-luasnja. ‘
Hadirin jang budiman !
Berhubung dengan pembitjaraan
tadi saja merasa berkewadjiban untuk menguraikan tentang pokok dasar kebudajaan
kita didalam saat pembangunan ini, jang harus mendjadi pokok
jaitu :
I. Kenjataan, kebenaran
(Waarheid).
II. Keindahan (Schoonheid).
Memang sudah selajaknja, apabila
kenjataan, kebenaran (waarheid) dan keindahan (schoonheid) didjadikan sendi
kebudajaan. Kenjataan dan keindahan jang menghiasi perguruan tinggi pada
umumnja, harus terlihat djuga dalam tjorak Perguruan kita ini.
Maka jakinlah kita, bahwa
pesatnja kemadjuan pengetahuan ketabiban itu disebabkan oleh karena kita telah
mengetahui senjata-njatanja tentang sebab-sebab pelbagai penjakit, dengan mendekati
kenjataan.
Sebagai tjontoh disebutkah disini
hasil penjelidikan Pasteur dan Koch tentang sebab sebabnja penjakit; dengan
mengetahui sebabnja. penjakit Cholera jang hebat itu dapatlah kita memberantas
penjakit tersebut, sehingga sudah beberapa tahun kita tidak mengalami lagi
bahaja
penjakit Cholera itu terhadap
masjarakat.
Lain tjontoh lagi ialah hasil
penjelidikan dokter Jenner, tentang sebab-sebabnja penjakit tjatjar. Kita telah
dapat melenjapkan penjakit tersebut dari masjarakat. Hasil penjelidikan jang menegaskan
sebab-sebabnja penjakit berupa bakteri dan jang membuktikan sifat-sifatnja menurut
pengadjaran Pasteur dan Koch sesungguhnja besar sekali faedahnja bagi
masjarakat diseluruh dunia umumnja. Terlebih-lebih berarti hasil penjelidikan
itu, tatkala pengetahuan tentang bakteri itu dipraktekkan dengan
pertjobaan-pertjobaan di Laboratorium Ehrlich.
Maksudnja pertjobaan itu ialah
membuat obat-obat Kimia baru dan mempeladjari chasiatnja jang dipergunakan
untuk memusnakan bakteri penjakit.
Hasil pekerdjaan ini sudah terkenal
diseluruh dunia jaitu: obat suntik salvarsan, jang dipergunakan untuk
memberantas penjakit patek dan syphilis. Selandjutnja pendapat Ehrlich jang
dinamakan chemotherapie (pengobatan kimia) dilandjutkan di Laboratoria
dibeberapa negeri jang mempunjai ahli-penjelidik jang tjakap mendjalankan
pertjobaan-pertjobaan itu. Dengan djalan ini kita sudah mengenal berpuluh-puluh
obat-obat kimia baru untuk menjembuhkan beberapa penjakit jang sungguh mandjur,
misialnja: dagenan, cibasol, untuk menjembuhkan radang-paru dan penjakit lain,
jang disebabkan oleh strepto-coccus; plasmochin, atebrin untuk memberantas
penjakit malaria.
Hadirin jang budiman ! ·
Diatas sudah diterangkan, bahwa
Ehrlich dan murid-muridnja dapatlah membuat 0batobat baru jang menghantjurkan bakteri2
penjakit. Akan tctapi didalam beberapa tahun jang lalu, ada pula ahli-ahli
penjelidik, jaitu Fleming, Chain dan Florey, jang dapat mcnemui djalan lain untuk
menghindar pertumbuhan bakteri penjakit itu. Beliau2 tersebut menemui zat-zat
jang mempunjai kekuatan untuk manghindar pertumbuhah bakteri penjakit. Zat-zat
tersebut ditimbulkan oleh sedjenis djamur, dan zat itu mempunjai chasiat
seperti Cibasol. Dan tuan-tuan tadi dengan teman-temannja dapat pula mcmbiakkan
djamur itu sebanjak-bahjaknja, sehingga
zat-zat tadi dapat mcngisi
beribu-ribu botol, jang dibawa oleh balatentara lnggeris dan Amerika sebagai
obat jang amat mudjarab untuk menjembuhkan beberapa penjakit infeksi.
Pendek kata: dengan djalan
pcnjelidikan didalam laboratorium dapatlah diketahui senjata-njatanja tentang
pelbagai penjebab penjakit dan obat-obatan jang sangat berguna dan berharga
untuk masjarakat.
Hadirin jang budiman !
Didalam mengerdjakan pemeriksaan
pada umumnja, sipenjelidik tentu terharu melihat keindahan alam jang diselidiki
itu, dan disitu timbullah perasaan dan pengakuan, bahwa kekuasaan Tuhan jang
mendjadikan alam ini sangatlah besarnja. Dengan sendirinja didalam menjelidiki
kenjataan itu, sipenjelidik merasa dirinja ketjil dan bodoh dan pada saat itu
timbullah rasa-bakti terhadap jang Maha Kuasa.
Dengan keterangan pendek ini,
jakinlah kita, bahwa sendi kebudajaan itu adalah kenjataan dan keindahan jang
meliputi perguruan tinggi pada umumnja, jang harus djuga terlihat hendaknja
dalam tjorak Perguruan kita ini.
Hadirin jang budiman !
Didalam suasana kemerdekaan dan
didalam saat pembangunan Negara Indonesia para tabib djuga harus turut
menjumbangkan tenaga dan pikirannja agar supaja seluruh dunia mengakui, bahwa
kita mempunjai tenaga dan kebidjaksanaan untuk mempertahankan kemerdekaan
Negara kita. Terhadap ilmu saja, jaitu microbiologie, tiap-tiap orang harus mengetahui
ukuran dan tingkatan ilmu pengetahuan biologic dilain-lain Negeri. Didalam
dunia ilmu pengetahuan biologia, adalah Pasteur, Koch dan Ehrlich mendjadi Maha
Gurunja. Sekarang di Indonesia ini, apakah sudah patut kita dinamakan murid
dari Maha Guru tersebut ?
Apakah udjiannja dan apakah
ukurannja ?
Tak lain dan tak bukan, hanja:
hasil pekerdjaan kita sendirilah jang harus dibandingkan dengan hasil
pekerdjaan dilain-lain Laboratoria di lain-lain Negeri. Sebagai penerangan perkenankanlah
saja sekarang memberi laporan sekedarnja tentang hasil pekerdjaan kita bangsa Indonesia:
I.
Diperpustakaan
dunia sudah tertjantum beberapa nama ahli penjelidik bangsa Indonesia; meskipun
belum banjak djumlahnja, tetapi telah memperoleh tempat jang tidak
mengetjewakan.
II.
Didalam
Kongres lnternasional jang memperbintjangkan penjakit Lepra di kota Cairo dalam
tahun 1938 pekerdjaan kita tentang hal pemeriksaan dan pemberantasan penjakit
Lepra, jang diadjukan oleh Dr. J.B. Sitanala dan Dr. Kuslan, mendapat perhatian
sedemikian besar dariahli-ahli penjakit Lepra, sehingga timbullah suara dari
wakil India jang mengatakan: ,,You safe the name of the East". (Saudara
memelihara nama Benua Timur).
Hadirin jang budiman !
Ingatlah, bahwa hasil pekerdjaan
itu terdapat hanja dalam suasana pendjadjahan, djadi sudah tentu, bilamana
hasil pekerdjaan itu tumbuh didalam suasana kemerdekaan, akan lebih besar pula
nilainja.
III.
Sekarang
saja hendak menindjau tingkatan kita dari sudut lain. Tentang kewadjiban jang
harus kita lakukan untuk memberantas penjakit-penjakit infeksi (epidemi)
menurut pendapatan lnternasional misalnja: pemberantasan penjakit Cholera, pes,
tjatjar dll., kita mempunjai kejakinan, bahwa kitapun dapat pula mengerdjakan
pemberantasan itu menurut ukuran lnternasional.
Hadirin jangbudiman !
Diatas tadi telah saja uraikan
tentang hal-hal jang sudah dapat kita kerdjakan. Sekarang bagaimanakah
pengharapan kita untuk pekerdjaan kita dalam djaman jang akan datang?
Sebagaimana telah diketahui oleh
hadirin maka usaha dokter-dokter kesehatan jang berkewadjiban memberantas
pelbagai penjakit, sudah menimbulkan hasil jang amat bagus, jaitu memusnakan penjakit
Cholera dan penjakit tjatjar dengan djalan suntikan, memakai vaccin bikinan
Lembaga Pasteur. ·
Pemberantasan penjakit Pes,
typhus dan dysenterie dengan suntikan vaccin buatan kita, sudah pula memberi
hasil jang agak memuaskan, walaupun hasilnja tidak sebagus hasil pemberantasan
penjakit cholera dan tjatjar.
Diatas tadi djuga sudah
diterangkan tentang hal pembikinan obat-obat seperti jang telah dikerdjakan
oleh Ehrlich dan murid-muridnja. Tentang hal ini kita harus mengakui, bahwa diantara
kita belum ada jang dapat membuatnja. Akan tetapi kitapun tidak putus asa,
karena hasil penjelidikan tuan Fleming diatas boleh kita pandang sama dengan
obat-obat kimia baru seperti cibasol dll. Dan lagi tentang hal ini dapatlah
diumumkan, bahwa di Lembaga Pasteur di Klaten
oleh saudara R. Soekarnen sedang diselidiki djamur-djamur jang
mengandung zat-zat
penghantjurkan bakteri. Meskipun
pekerdjaan ini baru dimulai, usahanja sudah memberi pengharapan, bahwa
penjelidikan saudara R. Soekarnen tidak akan sia-sia belaka. .
Dengan usaha ahli-ahli
penjelidikan jang dapat membuat vaccin dan 0bat-0bat baru seperti cibasol,dll.,
dan djuga zat-zat dari djamur, jang dinamakan penicillin itu, tentulah dapat kita
memberantas beberapa penjakit. Kemudian akan tinggallah penjaikit-penjakit jang
belum
dapat diobati sebagai jang
diharapkan, jaitu tbc., lepra dan beberapa penjakit rakjat; Tentang hal ini
kitapun harus menaruh perhatian djuga supaja dapat diselidiki djalan
pemberantasannja.
Hadirin jang budiman !
Seperti tersebut dalam uraian
saja diatas maka
djelaslah beban dan kewadjiban
kita para dokter ahli bakteriologie dan biologic didalam djaman pembangunan
Indonesia Merdeka. Dengan singkat saja ulangi lagi maksud saja:
I.
Perguruan
Tinggi Kedokteran di Surakarta ini hendaklah mendapat tjorak kebangsaan.
II.
Mentjari
djalan baru untuk memperlengkap alat-alat jang akan dipergunakan untuk memberanrantas
penjakit rakjat.
Hadirin jang budiman !
Sebagai penutup saja memadjukan
pengharapan kepada para mahasiswa, supaja mereka dikemudian hari mentjurahkan
tenaganja untuk mempertinggi deradjat kesehatan Negara Indonesia, jang berdjiwa
70 miliun orang. Bagaimana djuga sukarnja dan beratnja kewadjiban ini, tetapi
pekerdjaan tersebut sesungguhnja sangatlah mulia. Maka dari itu saja pertjaja,
bahwa para mahasiswa akan mendjalankan kewadjiban itu dengan segala kekuatan
tenaganja.
Seperti telah saja uraikan maka
dengan djalan ilmu bakteri dan ilmu hajat dapatlah kita menimbulkan hasil jang
sangat berharga. Maka pada saat pembangunan ini, saja berdo’a, mogamoga Tuhan
jang Maha Bidjaksana melimpahkan rahmatNja sebanjak-banjaknja agar supaja saja dapat
memberi peladjaran kepada para mahasiswa, serta dapat membangunkan perhatiannja
terhadap sa’aI-so’al tersebut, sehingga giatlah mereka membanting tulang untuk
menambah kesedjahteraan dan kemakmuran tanah air kita bersama.
Sekianlah !
Bangunlah Indonesia Raya !
Tetap Merdeka !