Foto Keluarga dari samping

Foto Keluarga dari samping

Minggu, 12 Januari 2014

Ini Sekelumit Cerita Tentang Eyang Soekarnen dari PakDe Soerowo

Pakde adalah satu-satunya saksi hidup dan bekas staffnya Eyang

Perjalanan liburan anak ku di penghujung tahun 2013 diawali dengan mengunjungi Pakde Soerowo di kota kecil tempat beliau menghabiskan masa tuanya dengan tenang di kpeng Magelang. Udara dingin, bebas polusi dan masyarakat yang ramah membuat Pakde bisa menghabiskan masa tuanya dengan sukacita ini terpancar dari segarnya penampilan beliau.

Pertemuan diawali dengan bicara kenan kiri tentang Pakde beserta aktifitas masa tuanya serta beliau juga menanyakan mamaku dan kakak adiknya serta saudara lainnya. Pakde ingat bener satu persatu saudara sepupunya dan pengalamannya bermain-main ketika masih sama-sama kecil dengan Pakde Gandhi dan Pakde Totit (anak  pertama dan ke dua eyangku). Pakde umurnya sekitar 5 tahun lebih tua dari mereka dan Pakde suka bermain bersama mereka. Pakde juga ingat kalau dimasa kecil dia hampir meninggal karena jatuh ke jurang dan sempat pingsan cukup lama dan dikira sudah meninggal.

Pertemuan ini diawali dengan kekaguman kami melihat seorang tua dengan usia 90 tahun tetapi penampilannya tidak kalah dengan orang umur 60 tahunan. Baik dari sisi kekuatan fisik, kesegaran penampilan dan juga kemampuan mengingat. Anakku Grace bahkan berkomentar kalau Pakde kami atau Eyangnya ini lebih bisa mengingat lebih baik dari dia, karena Eyang masih bisa menceritakan pengalamannya ketika berumur dibawah 5 tahun. Pakde bilang kalau banyak pelajaran cara hidup dari Eyang kakung yang beliau masih ingat dan jalankan dan mungkin Eyang kakung adalah figur yang berpengaruh dalam kehidupan beliau. Dari mulai pendapat eyang tentang hidup dan kehidupan termasuk agama juga pandangan Eyang tentang ilmu pengetahuan. Pengembangan Ilmu penegtahuan khususnya obat-obatan memang dunia yang mereka geluti bersama ketika Eyang menjadi wakil pimpinan di Lembaga Pasteur dan Pakde menjadi salah satu staff kepecayaan beliau.

Eyang mulai bergelut di Lembaga Pasteur bandung tahun 1944 ketika ditarik dari Lembaga Eijkman yang dulu berdomisili di Jakarta dekat RSCM. Pada saat itu Lembaga Pasteur baru diambil Jepang dan Jendral Matusara Kaka sebagai ketuanya sedangkan wakilnya adalah Dr. Sardjito. Satu tahun kemudian setelah kemerdekaan maka Lembaga Pasteur dipimpin oleh Dr Sardjito dan Eyang Soekarnen menjadi wakilnya disamping kesibukan Eyang di Kementrian Kemakmuran. Mungkin di jaman awal kemerdekaan orang pintar tidak terlalu banyak sehingga rangkap jabatan itu hal biasa. Di tahun 1946 ketika Eyang sedang mempersiapkan sekolah tehnik menengah dibawah kementrian kemakmuran (sekarang gabungan kementrian perindustrian dan perdagangan) untuk menyiapkan tenaga trampil dibidang teknologi yang kemudian tahun 1947 resmi berdiri dengan nama STMA maka Pakde adalah salah satu orang yang sibuk membantu mengumpulkan siswanya. Jaman dulu beda dengan jaman sekarang ketika sekarang siswa susah menari sekolah maka jaman dulu sekolah yang susah mencari siswa.

Penelitian Eyang dilembaga Pasteur Bandung memang titik beratnya bukan sekedar mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang obat-obatan tetapi untuk membuat vaksin dan obat yang memang dibutuhkan pada saat itu. Pada masa perang dunia kedua ini memang siapa yang menguasai obat maka mereka bisa memenangkan perang. Pada saat itu penyakit kecil saja untuk ukuran masa kini bisa menjadi sangat mematikan jika tidak bisa diobati. Ini alasannya Jepang menugaskan salah satu jendralnya untuk memimpin Lembaga Pasteur dan mempercepat penelitian dan  penemuan obat dan vaksin yang sangat mereka butuhkan untuk mengobati tentara yang sakit.

Penelitian yang dilakukan Eyang dan staffnya pada saat itu titik beratnya pada penelitian pemanfaatan jamur atau pembuatan antibody alami pada hewan dan sangat minim penggunaan bahan kimia untuk obat-obatan , kalau tidak mau dikatakan tidak ada sama sekali penggunaan unsur kimia seperti obat saat ini. Mungkin juga karena saat itu ilmu kimia belum berkembang seperti sekarang dan ilmu biologi lebih mudah dikembangkan karena bahan bakunya melimpah.

Penelitian yang utama dilakukan saat itu adalah penelitiaan untuk menemukan antibiotik sebagai alternatif pemakaian Penicilin yang dikuasai tentara barat.  Peneletian zat antibiotik untuk membunuh bakteri penyebab banyak penyakit ini menitik beratkan pada pemakaian jamur. Pada saat itu Pakde dan staffnya diminta eyang untuk mengumpulkan aneka jenis jamur di berbagai pasar di Jakarta dan Bandung. Mereka pagi-pagi menyebarkan kaca petri atau petrical yang diisi sejenis agar-agar sebagi media tumbuhnya jamur. Semua kaca petri yang disebar esok harinya diambil dan dimasukan ke lemari pembiakan (broedenstroof) yang ada di lembaga Pasteur Bandung dan suhunya dijaga 36 derajat C. Esok harinya dilihat ribuan jamur yang tumbuh di media agar-agar kaca Petri tersebut dan dipisahkan sesuai jenisnya. Setelah jamur menjadi satu jenis maka sekarang jamur itu dikembangbiakan kembali dan jika esok harinya masih ada campuran jamur jenis lain maka pemisahan dilakukan lagi sampai akhirnya didapat ribuan jenis jamur dan masing-masing media hanya berisi satu jenis jamur saja. Suatu proses yang memerlukan ketelitian dan kesabaran tingkat tinggi.

Di sisi lain para peneliti juga mengembangbiakan aneka bakteri yang banyak menyebabkan penyakit pada manusia. Berbagai jenis bakteri ini juga dipisahkan sampai hanya menjadi satu jenis bakteri saja untuk setiap medianya. Kemudian bakteri dan jamur itu digabung dan dilihat di media mana bakteri itu mati dan jamur bisa membunuhnya dan di media mana bakteri tetap hidup. Demikianlah proses evaluasi diulang ulang sampai didapat beberapa jenis jamur yang super untuk membunuh aneka bakteri dan diberi nama serta dikembang biakan terus.

Jamur yang terbukti bisa membunuh bakteri mulai dicobakan ke manusia dan biasanya untuk luka luar terlebih dahulu yang dahulu banyak dialami tentara karena perang maupun rakyat karena satu dan lain hal. Luka yang sudah bernanah,  luka baru maupun yang sudah menjadi seperti kudis semua dicoba diobati dengan obat berbahan dasar jamur yang sudah terbukti di lab tadi. Jika hasilnya luar biasa maka obat-obatan itu sudah siap untuk mengobati luka luar dan mencegah infeksi. Untuk luka dalam proses yang sama diulangi dan dicoba berkali-kali dengan tujuan Indoensia bisa mempunyai produk obat antibiotik sendiri. Cita-cita yang sungguh luar biasa.

Bakteri yang saat itu dianggap cukup menganggu masyarakat adalah Bakteri jenis :
  1. Cacar
  2. Colie
  3. Cocus
  4. dll

Selain untuk Penicilin penelitian yang dilakukan eyang dan teamnya di Lembaga Pasteur yang kemudian sempat pindah ke Klaten mengikuti pemerintahan yang berpeindah ke Jogjakarta dan tugas eyang juga di kementrian kemakmuran, adalah :
  1. Penelitian serat pohon Rosela dengan bantuan bakteri bisa dijadikan benang yang kuat dan tahan air. Ini banyak dipakai untuk bahan parasut dijaman itu.
  2. Pemurnian jamur untuk Tempe dan Oncom untuk menghindari tumbuhnya jamur beracun yang tidak diinginkan dan membahayakan untuk penduduk yg memamakain.
  3. Cuka
  4. Tape
  5. Mira kelapa
  6. dll

banyak penelitian sederhana yang dibuat untuk memberikan asupan gisi murah buat penduduk pada masa itu dan juga cikal bakal industri militer. Sesuatu yang mengagumkan dibuat oleh orang pada tahun 1940 an...wow

Selain penelitian di atas, team Pasteur juga mengembangkan vaksin Cacar dengan bantuan sapi serta Serum Tetanus dengan bantuan kuda. Ada beda antara Vaksin dan Serum yang Pakde Soerowo share ke kita semua dimana :
  1. Vaksin adalah : bakteri yang dibuat setengah mati sehingga memudahkan badan melawan dan membuat antibody jika bakteri yang sesungguhnya datang menyerang. Menyiapkan tentara peang di badan kita untuk siap berperang melawan penyakit yang akan masuk.
  2. Serum adalah : darah yang diambil dari binatang donor (jadi bukan penyakitnya) dan kemudian darah itu dipisahkan antara darah merah dan darah putihnya. Darah putih ini yang disebut serum dan disuntikan ke tubuh manusia yang terkena penyakit sebagai bala bantuan tentara untuk melawan penyakit tersebut.

Ini juga penelitian yang mengagumkan kami karena sudah bisa dilakukan anak bansga di tahun 1940 an...

Ini sedikit tambahan apa aktifitas Eyang dan teamnya dimana Pakde Soerowo termasuk didalamnya pada saat beliau masih hidup dan dipercaya menjadi wakil pimpinan di Lembaga Pasteur. Sayang Eyang harus meninggal muda di usia 40 an dan ditahun 1949 sehingga banyak cita-cita beliau yang belum terlaksana. Semoga kami anak cucunya bisa melanjutkan cita-cita beliau untuk membuat Indonesia punya sesuatu yang bisa dibanggakan dan tidak tergantung dari bangsa lain. Kalau Eyang bisa membuat bangsa ini tidak terganting dengan Vaksin, Serum , Obat Penicilin dll dari bangsa lain maka saat ini seharusnya kita juga bisa....Yach kita harus bisa





Rabu, 16 Oktober 2013

Eyang Soekarnen Kertoredjo, Eyang kami


Eyang kakung kami Soekarnen Kertoredjo memang sudah lama sekali meninggalkan kita semua bahkan ketika orang tua kami masih sangat kecil.  Kami menjadi kurang akrab dengan sosoknya dan mungkin juga tidak terlalu peduli. Tahun-tahun terakhir ini keluarga besar Eyang mulai sering mengadakan reuni dan salah satu dampaknya kami menjadi kembali disadarkan kalau kami tidak terlalu mengenal eyang kakung kami. Sementara profile Eyang sebagai salah satu anggota keluarga besar perlu kami kenali dan ini adalah bagian dari program mengumpulkan tulang yang berserak. Keluarga besar tidak akan lengkap berkumpul jika para cucu, cicit dan generasi selanjutnya tidak mengenal Eyang mereka sendiri.

Eyangku dilahirkan pada tanggal 2 September  1903 di Tegalrejo.  Eyang menamatkan sekolah nya di  MULO dan melanjutkan ke sekolah guru dan beliau mengambil spesialisasi di dibidang Biologi dengan major di Jamur dan Bakteri.

Eyang selanjutnya bekerja di lembaga Eijkman sebagai peneliti dan ini bukanlah pilihan yang popular pada saat itu. Eyang banyak sekali menghabiskan waktunya di Lab Eijkman dekat dengan kampus UI Salemba dan anak-anak Eyang menjadi sangat akrab dengan lingkungan tersebut. MEreka biasa bersepeda di sekitar UI dan Eijkman ketika Eyang sedang disibukkan dengan anake percobaan di Labnya. Eyang sendiri pada saat itu tinggal di jalan cimahi Menteng. Jadi relative semua bisa dijangkau  dengan sepeda dari rumah ke klinik Eijkman dan UI Salemba (dulu sekolah kedokteran jawa).

Eyang punya cita-cita besar membuat obat yang bisa menyembuhkan banyak penyakit yang namanya sekarang dikenal dengan nama penisilin. Saat itu Eyang bekejar-kejaran dengan penelitian serupa yang dilakukan di Amerika dan Eropa. Saat itu penyakit infeksi merupakan penyakit umum ditemukan di banyak Negara sebagai salah satu akibat dari perang yang terjadi dimana-mana. Eyang ingin sekali bisa menemukan obat yang bisa menyembuhkan luka tanpa harus membuat luka itu menghancurkan organ lainnya. Penyakit infeksi saluran pernafasan atau dikenal sebagai TBC pada saat itu juga sangat susah diobati dan Eyang terobsesi untuk mencari obat buat penyakit itu tanpa harus mengisolasi para penderitanya. Eyang ingin bisa menemukan obat yang bisa membunuh bakteri dan ini obsesinya Eyang.

Seiring berjalannya waktu dan masuknay Jepang ke Indonesia maka Eyang diminta sama pihak Jepang untuk meneruskan penelitian yang selama ini dia buat di lembaga Eijkman menjadi industry obat. Jepang sangat berkepentingan untuk bisa ditemukannya obat untuk melawan bakteri sebagai pembunuh nomer satu untuk pasukannya pada saat itu.  Untuk itulah Eyang diminta pindah ke Bandung dan memimpin Pastuer Industri. Tetapi Eyang meminta pada pihak Jepang untuk hanya menjadi wakil saja sementara untuk ketuanya Pasteur Industri Eyang meminta Pak Sardjito yang merupakan seniornya di bidang penelitian untuk menjadi pemimpin. Jepang menyetujui permintaan ini setelah memanggil dan bertemu Pak Sardjito. Semenjak inilah perjalanan dua peneliti ini dimulai untuk memimpin Pasteur Industri.

Pada tahun 1945 setelah Indonesia merdeka eyang diminta menjadi karyawan Kementrian Kemakmuran sebagai Kepal Bagian Pendidikan dari Pusat Jawatan Perindustrian dan Kerajinan dari Menteri Kemakmuran . Disaat yang bersamaan di tahuan 1946 Eyang dan Pak Sardjito memindahkan Pasteur Industri ke Klaten dengan alas an supaya lebih susah diserang Belanda dan lebih dekat dengan pusat perjuangan kemerdekaan yang waktu itu berpusat di Jogjakarta.

Pada tahun 1947  Eyang  mendirikan Sekolah Teknologi Menengah Atas (STMA) dan berkedudukan di kota Magelang. Beliau yakin bahwa disamping Bangsa Indonesia berjuang secara fisik untuk menegakkan Kemerdekaan, haruslah pula difikirkan pembangunan Negara dalam segala lapanga, pandangan beliau telah sampai pada industrialisasi dan untuk ini maka pendidikan tenaga ahli dalam lapangan Teknologi sangat diperlukan. Bila dilihat dari data yang ada pada waktu itu perhatian masyarakat terhadap berdirinya STMA, cukup besar dan menggembirakan. Sebagaimana tertulis dalam sejarah perjuangan Negara Republik Indonesia, pada bulan Desember 1948 Kolonialis Belanda melancarkan aksinya ke daerah Republik Indonesia sehingga kota Yogyakarta dan Magelang didudukinya. Selama pendudukan ini STMA terpaksa tidak melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelajaran. Setelah pertengahan tahun 1949 Pemerintah Kolonial Belanda meninggalkan seluruh Daerah Yogyakarta sebagai hasil perundingan dengan Pemerintah R.I. di Kaliurang, yang sangat terkenal dinamakan Room Royen Statesmen, maka atas desakan para siswa STMA, kurang lebih akhir tahun 1949 kegiatan STMA dapat dimulai kembali dengan menempati sebagian ruangan gedung Kementrian Kemakmuran di Balapan Yogyakarta.

Surat Keputusan Pengukuhan berdirinya STMA adalah seperti tersebut pada Surat Keputusan Menteri Perekonomian tanggal 20 Juli 1954 Nomor 10606 /M. Alangkah sayangnya sebelum mengetahui perkembangan lebih lanjut, pada tahun 1949 Bapak Soekarnen Kertoredjo meninggal dunia di kota Magelang. Seluruh keluarga STMA menganggap Bapak Soekarnen sebagai pendiri dan Bapak STMA.
Untuk selanjutnya cita-cita dari pada Bapak Soekarnen maka Bapak Soejono Hatmoseputro almarhum yang pada waktu itu sebagai pejabat Kepala Bagian Pendidikan dari Jawatan Perindustrian Kementrian Kemakmuran membimbing dan meneruskan tegaknya STMA.

Selain di STMA maka Eyang tetap setia dengan penelitiannya tentang anti bakteri dan terus berlanjut di Pasteur Institut bersama Pak Sardjito. Jadi Eyang merangkap jabatan selaian sebagai Penjabat di Kementrian Kemakmuran, Juga Ketua STMA dan juga wakil dari Pak Sardjito di Pasteur Institut. Di kemudian hari Pasteur Institut ini akan berubah namanya menjadi Bio Farma salah satu BUMN dibidang obat-obatan khususnya vaksin. Keaktifan Eyang dalam terus meneliti bisa dilihat dalam Pidato Pelantikan Guru besar Prof Sardjito dari Perguruan Tinggi Kedokteran Cabang Surakarta di tanggal 17 April tahun 1946. Dalam Pidatonya Prof dr Sardjito mngungkapkan :” ……Diatas tadi djuga sudah diterangkan tentang hal pembikinan obat-obat seperti jang telah dikerdjakan oleh Ehrlich dan murid-muridnja. Tentang hal ini kita harus mengakui, bahwa diantara kita belum ada jang dapat membuatnja. Akan tetapi kitapun tidak putus asa, karena hasil penjelidikan tuan Fleming diatas boleh kita pandang sama dengan obat-obat kimia baru seperti cibasol dll. Dan lagi tentang hal ini dapatlah diumumkan, bahwa di Lembaga Pasteur di Klaten  oleh saudara R. Soekarnen sedang diselidiki djamur-djamur jang mengandung zat-zat penghantjurkan bakteri. Meskipun pekerdjaan ini baru dimulai, usahanja sudah memberi pengharapan, bahwa penjelidikan saudara R. Soekarnen tidak akan sia-sia belaka.” 

Tentunya merupakan kehormatan besar ketika Eyang kita dan penelitiannya dibandingkan dengan penelitian dari Alexandre Fleming yang terkenal sebagai penemu Penicilin alias obat untuk membunuh bakteri. Di sisi lain kita juga bisa merasakan getaran semangat nasionalisme yang kuat dimana peneliti local tidak kalah dengan peneliti international. Ini juga salah satu sebab Belanda sangat ingin menghancurkan penelitian Eyang yang menyebabkan Pasteur Industri harus pindah ke Klaten dari Bandung. Di sisi lain Belanda juga ingin dapat hasil penelitian itu untuk dikembangkan di negaranya oleh peneliti yang mereka punya. Eyang dan Pak Sardjito tahu betul akal bulus belanda ini makanya mereka tidak mau jika sampai Pastuer Industrie dengan penelitiannya sampai jatuh ke tangan Belanda.

Eyang sempat ditawari untuk kembali ke Lembaga Eijkman dan memimpinnya. Eyang bahkan sudah dijemput ke Magelang oleh utusan Belanda, tetapi Eyang keukeh dengan pendiriannya untuk tidak mau bekerjasama dengan Belanda. Akibatnya Eyang harus melarikan diri dan bersama tentara pergerakan keluar dari Jogjakarta, Magelang or Klaten dan tinggal di desanya bernama Dompelan dekat Magelang.

Eyang yang banyak meneliti ttg bakteri TBC di pelariannya tanpa disadari juga menderita sakit TBC dank arena di pelarian tidak ada obat yang memadai sementara menerima tawaran Belanda untuk memimpin Eijkman di Jakarta sambil mengobati penyakitnya tidaka da dalam list alternative solusi yang Eyang akan lakukan maka sebetulnya kematian tinggal menunggu waktu saja. Memang akhirnya Eyang harus pergi mendahuli kita dengan segala idealism dan patriotismenya di tahun 1949 tanggal 29 Oktober di desa Dawung Kelurahan Kelopo Kecamatan Tegalrejo  Magelang. Eyang dimakamkan di pemakaman keluarga di Potrobangsan Magelang.

Eyang meninggal di usia belum sampai 50 dan baru di usia 46 tahun, dengan meninggalkan satu istri dan 7 orang anak yang masih perlu biaya untuk pendidikannya. Anak yang terkecil usianya baru 3 tahun dan 3 anaknya yang terkecil baru berusia 3, 4 dan 6 tahun, inilah tiga anak yang tidak begitu mengenal Papanya. Sementara 4 anak yang lain relative sudah cukup besar dan berusia 11 tahun sampai 20 tahunan. Dari anak-anak yang besar ini terutama Anak nomer dua Pakde Rabind cerita tentang Eyang ini kami dapatkan.

Semoga cerita pendek ini bisa membuat kami para cucu, cicit dan keturunan Eyang Soekarnen Kertoredjo mengetahui sejarah tentang Eyang kami yang begitu cinta tanah airnya dan begitu percaya diri penemuan dari Indonesia bisa mengalahkan penemuan dari Negara lain. Semoga semangat yang sama tetap hidup di hati kami semua. Selamat jalan Eyangku sayang, kami semua mencitaimu dan bangga dengan pilihan hidupmu. Tuhan memberkati.

Kamis, 10 Oktober 2013

STMA /SMTI Sekolah Yang Didirikan Eyang Soekarnen


Sejarah Singkat
Setelah bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, maka akibat Clash yang pertama dengan pemerintah Kolonia Belanda, Pemerintah Pusat Republik Indonesia pindah kedudukan dari Jakarta ke Yogyakarta.
Kementrian Kemakmuran sebagai salah satu dari Kementrian yang ada, pada masa itu pindah berkedudukan di Kota Magelang. Kepal Bagian Pendidikan dari Pusat Jawatan Perindustrian dan Kerajinan dari Menteri Kemakmuran adalah Bapak Soekarnen Kertoredjo seorang yang energik dan berpandangan jauh, timbul inisiatif pada tahun 1947 untuk mendirikan Sekolah Teknologi Menengah Atas (STMA) dan berkedudukan di kota Magelang.
Beliau yakin bahwa disamping Bangsa Indonesia berjuang secara fisik untuk menegakkan Kemerdekaan, haruslah pula difikirkan pembangunan Negara dalam segala lapanga, pandangan beliau telah sampai pada industrialisasi dan untuk ini maka pendidikan tenaga ahli dalam lapangan Teknologi sangat diperlukan.
Bila dilihat dari data yang ada pada waktu itu perhatian masyarakat terhadap berdirinya STMA, cukup besar dan menggembirakan. Sebagaimana tertulis dalam sejarah perjuangan Negara Republik Indonesia, pada bulan Desember 1948 Kolonialis Belanda melancarkan aksinya ke daerah Republik Indonesia sehingga kota Yogyakarta dan Magelang didudukinya. Selama pendudukan ini STMA terpaksa tidak melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelajaran.
Setelah pertengahan tahun 1949 Pemerintah Kolonial Belanda meninggalkan seluruh Daerah Yogyakarta sebagai hasil perundingan dengan Pemerintah R.I. di Kaliurang, yang sangat terkenal dinamakan Room Royen Statesmen, maka atas desakan para siswa STMA, kurang lebih akhir tahun 1949 kegiatan STMA dapat dimulai kembali dengan menempati sebagian ruangan gedung Kementrian Kemakmuran di Balapan Yogyakarta.
Surat Keputusan Pengukuhan berdirinya STMA adalah seperti tersebut pada Surat Keputusan Menteri Perekonomian tanggal 20 Juli 1954 Nomor 10606 /M. Alangkah sayangnya sebelum mengetahui perkembangan lebih lanjut, pada tahun 1949 Bapak Soekarnen Kertoredjo meninggal dunia di kota Magelang. Seluruh keluarga STMA menganggap Bapak Soekarnen sebagai pendiri dan Bapak STMA.
Untuk selanjutnya cita-cita dari pada Bapak Soekarnen maka Bapak Soejono Hatmoseputro almarhum yang pada waktu itu sebagai pejabat Kepala Bagian Pendidikan dari Jawatan Perindustrian Kementrian Kemakmuran membimbing dan meneruskan tegaknya STMA.
Dikarenakan gedung bekas Kementrian Kemakmuran di Komplek Balapan Yogyakarta tidak lagi sesuai untuk tempat pendidikan para siswa, maka pada bulan Juni 1956 STMA dengan resmi pindah ke gedung baru yang berada di Jalan Kusumanegara No. 1 (sekarang menjadi Jalan Kusumanegara No. 3) Yogyakarta sampai dengan sekarang.
Sejak berdirinya, murid STMA berasal dari seluruh Indonesia dan mendapatkan ikatan dinas sampai tahun ajaran 1964/1965. Dalam masa perjuangan Pembebasan Irian Barat (Trikora), STMA Yogyakarta termasuk yang pertama menerima putera daerah Irian Barat (Irian Jaya). Disamping itu SMTI Yogyakarta pada awal integrasi pernah juga menerima siswa tugas belajar dari Propinsi Timor TImur.
Dengan berakhirnya ikatan dinas serta telah berdirinya STMA di daerah-daerah maka akhirnya sebagian besar murid dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, sebagian dari Propinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur serta sebagian kecil dari luar Jawa.
Pada masa Ikatan Dinas yang siswanya berasal dari berbagai daerah. Setelah selesai pendidikan selanjutnya kembali ke daerah masing-masing. Para alumni STMA yang telah bekerja di daerah, merasa bahwa di daerahnya diperlukan tenaga menengah untuk mengisi perkembangan pembangunan di daerahnya. Oleh sebab itu di beberapa daerah muncul sekolah sejenis STMA Yogyakarta.
Pada tanggal 24 Juni 1985 dengan Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 235/M/SK/6/1985, STMA Yogyakarta termasuk sekolah sejenis yang lain diganti namanya menjadi Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI) yang berkedudukan di Yogyakarta, Ujung Pandang, Banda Aceh, Tanjung Karang, Pontianak, dan Padang.
Lulusan STMA Yogyakarta dari tahun 1951/1952 sampai sekarang penghargaan ijazah/STTB STMA/SMTI adalah sebagai berikut :
1. Dengan Surat Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 9 Maret 1955 No. 1267/B/V dihargai sebagai Ijazah Negeri Sekolah Menengah Atas Bagian B.
2. Dengan Surat Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan tanggal 27 April 1955 No. 2155/B/V dihargai sebagai Ijazah Negeri Sekolah lanjutan Vak Tingkat Atas.
3. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 03/C/I/Kep/79 tanggal 13 Januari 1979 dinilai/dihargai setingkat dengan Ijazah/STTB SLTA Negeri Kejuruan.
4. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 9 Oktober 1987 Nomor 177/C/Kep/87, Ijazah/STTB SMTI dihargai sama dengan STTB Sekolah Menengah Kejuruan (SMKT) Negeri.
Sekolah Menengah Teknologi Industri (SMTI ) Yogyakarta saat ini  berusia lebih dari 64 (enam puluh empat) tahun. Usia yang dapat dibilang dewasa. Selama itu pula telah terjadi estafet kepemimpinan. Adapun beberapa pimpinan yang telah menduduki jabatan sebagai Kepala SMTI Yogyakarta adalah  sebagai berikut :
1.     Soekarnen Kertoredjo Tahun 1947 – 1949, beliau sekaligus pendiri STMA
2.     Abuyono, tahun 1950 – 1952
3.     Amir Husen Siregar, tahun 1952 – 1953
4.     M. Soewarto, tahun 1953 -1954
5.     Ir. M. Busthanim, tahun 1955 – 1974
6.     Ir .M. Soekmono, tahun 1972 – 1977
7.     Abdullah Syatari, SH., tahun 1977 – 1983
8.     Hadi Soenarno, BSc., tahun 1983 – 1986
9.     Ir. Pietoyo Soekarbowo, tahun 1986 – 1987
10.   Wahidoen Abdoel Aziz, BSc., tahun 1987 – 1994
11.   B. Subanto,BA., tahun 1994 – 1999
12.   Dra. Hj. Surajiyah, MM., tahun 1999 – 2009
13.   Dra. Tri Ernawati, M.Si., tahun 2009 – sekarang

Rabu, 09 Oktober 2013

Eyang Soekarnen

Tulisan ini dibawah ini memang bukan tulisan Eyang Soekarnen, tetapi Pidato pengukuhan Prof Sardjito sebagai guru besar. Tetapi yang mengagumkan di tulisan teks pidato ini ditulis penelitian eyang ttg bakteri di lembaga Pasteur Klaten. Cerita ini bisa menjadi penjelasan kenapa Eyang pindahd ari Bandung ke Klaten, ternyata karena di klaten Eyang memimpin Lembaga Pasteur disana. Penelitian tentang bakteri dan jamur ini juga dikatakan oleh Prof Sardjito sebagai sesuatu yang tidak akan sia-sia. Terbukti memang tempe sebagai salah satu materi penelitian sekarang sudah menjadi makanan pokok dinegara ini.


Kewadjiban Para Ahli Ilmu Bakteri Dan Ahli
Ilmu Hajat Didalam Djaman Pembangunan
Indonesia Merdeka.

PIDATO – PELANTIKAN, DIUTJAPKAN WAKTU MEMANGKU
DJABATAN GURU BESAR PADA PERGURUAN TINGGI
KEDOKTERAN TJABANG SURAKARTA
TANGGAL 17 APRIL 1946
OLEH
PROF. DR. M. SARDJITO.



Para Tamu Agung jang mulia,
Para Guru Besar jang allamah,
Para Guru dan Doctor jang berilmu,
Tuan2 dan Nona2 Maha Siswa jang terhormat,
dan para hadirin jang memerlukan datang kesini,
Pendengar jang budiman !
M E R D E K A !

Sebagaimana hadirin mengetahui, sudah mendjadi adat kebiasaan, bahwa tiap2 guru baru mengutjapkan sebuah pidato-pelantikan dihadapan medan ramai berkenan dengan ilmu pengetahuari jang diadjarkannja. Maka seharusnjalah kewadjiban ini saja penuhi, dengan pengharapan, mudah-mudahan sumbangan saja dapatlah membcri tjorak kepada Perguruan
Tinggi Kedokteran di Kota Surakarta ini. Scbagai permulaan saja hendak menerangkan, tjorak apakah jang saja harapkan. Sesungguhnja, tjorak jang harus kelihatan dan jang sangat saja harapkan ialah: tjorak kebangsaan, Memang diseluruh dunia Perguruan Tinggi itu adalah tempat untuk timbulnja dan berkembangnja perasaan kebangsaan.

Perasaan kebangsaan jang berkobar-kobar didalam Sekolah Tinggi sangat kentara, tidak sadja di Perantjis, di Inggeris, di Amerika, tctapi terdapat djuga di negeri-negeri-ncgeri kctjil sekalipun. Sebaliknja, djika saja ambil tjomtoh dari Perguruan Tinggi Kedokteran didalam djaman Belanda (G. H. S.), maka tidak seorangpun merasa, bahwa Perguruah itu mempunjai suasana kebangsaan. Hal itu disebabkan oleh beberapa keadaan, antara lain guru-gurunja mempunjai perasaan kebangsaan Belanda; hal ini bertentangan dengan perasaan kebangsaan peladjar-peladjar Indonesia.

Maka dari itu sudah tentu, bahwa Perguruan tersebut tidak mempunjai tjorak kebangsaan Indonesia.  Terlebih-lebih keadaan itu diperkuat oleh suara-suara jang tidak saja setudjui. Suara itu mengatakan, bahwa pada Perguruan Tinggi biasanja diberikan peladjaran pengetahuan jang
bersifat Internasional. Djadi menurut suara itu tadi, Perguruan Tinggi itu dengan sendirinja bertjorak Internasional.

Suara inilah jang sesungguhnja sangat membingungkan orang jang belum tetap imannja, jang belum tahu, bahwa memang ada tempat lain jang melulu tersedia bagi para ahli untuk mengadjarkan ilmu pengetahuannja. Tempat itu memang mempunjai suasana Internasional, misalnja Institut für Tropen Krank heiten di Hamburg dll.

Tentu sadja jang berkewadjiban memberi tjorak pada Perguruan Tinggi itu ialah:
I.                   gurugurunja,
II.                mahasiswa-mahasiswanja.

Untuk mendjelaskan pendirian ini, lebih baik saja mengambil tjontoh dari G.H.S. dulu. Beberapa ahli-penjiasat jaitu guru-guru G.H.S. Prof. De Langen dan Prof. Donath telah menjelidiki hal makanan penduduk didesa Kutawinangun sehari-harinja, pun djuga diperiksa keadaan kesehatan penduduknja. Laporan-laporannja jang terkenal diseluruh Indonesia sebagai,,Gobang Rapport" menjatakan, bahwa waktu itu tiap-tiap orang sehari-harinja hanja makan bahan makanan seharga l gobang (2 ½ cent) sadja. Tetapi terhadap keadaan kesehatan penduduk disitu sama sekali tidak ada kcsimpulan `jang djelas. Apakah sesungguhnja makanan seharga l gobang itu sudah tjukup bagi kcsehatan penduduk di Kutawinangun ?

Sekarang seandainja ahli penjelidik kita jang mempunjai perasaan kebangsaan sedalamdalamnja, melakukan pemeriksaan di Kutawinangun tadi, bagaimanakah kesimpulan mereka tentang hal itu ? Tentulah mereka tidak segan menarik kesimpulan jang menegaskan, bahwa makanan tadi belum mentjukupi, dan seterusnja kesehatan penduduk belum tjukup kuat (masih labiel) untuk mendjalankan kewadjibannja jang berat, jaitu membangunkan tanah airnja.

Djika kesimpulan ini ditjotjokkan dengan keadaan sekarang maka lebih teranglah maksudnja, oleh karena pada saat ini, dari desa-desa seperti Kutawinangun terscbut, berdujundujunlah pemuda2 jang sanggup mcmbangunkan tanah air kita dan membela kemerdekaan Indonesia. Supaja kekuatan djasmani dan rochani ini dapat berlipat ganda, haruslah kesehatannja  dipelihara dengan sebaik-baiknja, supaja mereka djangan sampai mempunjai kesehatan jang  labiel itu.

Tentu sadja pengaruh ahli penjelidik sebagai Prof. De Langen dengan rapportnja kepada para mahasiswa sangat berlainan dari pada pengaruh guru-guru jang mempunjai perasaan kebangsaan.

Djadi pendek kata didalam Perguruan Tinggi itu haruslah terus-menerus diadakan latihan untuk mempergunakan hasil penjelidikan bagi masjarakat kita, supaja dapatlah memberi tjorak  jang scbaik-baiknja kepada Sekolah tadi, Dan bagaimanakah tjoraknja Sekolah Tabib Tingggi (Djakarta Ika Daigaku) didalam djaman Djepang?

Sekolah tersebut djuga tidak mempunjai tjorak kebangsaan, malahan seolah-olah ada kehendak dan dorongan dari atas supaja Sekolah tersebut mempunjai tjorak Djepang.

Disini kita dapat mengetahui bagaimana bedanja perasaan peladjar-peladjar pada waktu djaman Belanda dan djaman Djepang. Didalam djaman politik-djadjahan Belanda kita bangsa Indonesia sudah bertahun-tahun mendapat peratjunan rochani dari sipendjadjah, sehingga umumnja kita sudah tidak merasai lagi, bahwa rochani kita tidak sehat. Maka dari itu meskipun peladjar-peladjar mempunjai perasaan kenasionalan, pada waktu djaman Belanda perasaan ini tidak dapat berkembang sebagaimana mestinja. Setelah Belanda menjerah, maka berhentilah pengaruh  keratjunan tersebut, kitapun lalu bangun dan bangkit menudju kedjaman baru, Meskipun Djepang berdjandji memberikan kemerdekaan kepada Indonesia, tetapi banjaklah tanda-tanda jang menjatakan, bahwa Djepang
sendiripun ingin akan mendjadjah kita. Keadaan jang mengherankan ialah, bahwa keinginan kita untuk membrontak terhadap pendjadjahan Belanda (meskipun bangsa Belanda lebih lemah dari pada bangsa Djepang) tidak begitu keras dan umum seperti dalam djaman pendjadjahan Djepang, pada hal bangsa Djepang waktu itu masih tampak gagah beraninja didalam peperangan.

Melihat peristiwa janga mengherankan ini, teringatlah saja kepada djawab saudara M. H. Thamrin almarhum, tatkala saja bertanja: ,,Adalah saudara mempunjai rantjangan jang djelas, supaja dapat kita merdeka dari pendjadjahan Belanda ?" Djawab Ibeliau: ,,Harus kita tunggu, sampai datangnja kegemparan dunia (wereld-castastrofe)". Tiada antara lama datanglah dengah sekonjong-konjong perang dunia jang terachir ini, jang berakibat  penjerahan Belanda kepada Djepang. Disitu ternjatalah, bahwa djawab saudara Thamrin atas pertanjaan saja tadi benar, sebab pada saat itu kita bangsa Indonesia baik tua maupun muda semuanja jakin, bahwa kita harus berani berdjuang mati-matian untuk mentjapai kemerdekaan
kita, sehingga timbullah tindakan mahasiswa di Djakarta, jang turut mendorong akan tertjapainja ,,Pengumuman Kemerdekaan Republik Indonesia" ‘Disini sudah pada tempatnja bagi saja untuk menjatakan penghargaan saja setinggitingginja terhadap perdjuangan batin jang dilakukan oleh Maha Guru dan Maha Siswa untuk menentang sikap Djepang di Ika Daigaku.

Didalam andjuran untuk memberi tjorak kenasionalan pada Perguruan Tinggi umumnja djanganlah dilupakan, bahwa saja djuga mengetahui kedudukan para tetamu, jaitu: mahasiswa dan guru jang bukan bangsa Indonesia didalam Perguruan Tinggi Kedokteran ini. Di Sekolah Tinggi di Sorbonne (Paris) adaIah ribuan mahasiswa jang bukan bangsa Perantjis. Bagaimana djuga besarnja perasaan kebangsaan bangsa Perantjis, merekapun berbesar hati djuga dapat menerima tetamu mahasiswa jang bukan bangsa Perantjis. Dan sebaliknja para mahasiswa jang
bukan bangsa Perantjispun tidak akan mempengaruhi tjorak kebangsaan Sekolah Tinggi tadi. Sebagai perlengkapan tentu sadja kita memerlukan para guru jang bukan bangsa Indonesia, seperti disini adalah djuga para guru bangsa Tionghoa, jaitu: Dr. Liem Han Tjiu dan Dr. Njo Tjiang Khing di Surakarta dan Dr. jo Kian .Tjay di Klaten. Hal ini sudah umum daIam- dunia pengetahuan; seperti di Sekolah Tinggi di Amerika dan di negeri Belanda adalah guru bangsa Djerman dan sebaliknja; di: Sekolah Tinggi di Negeri Djerman ada pula guru dari bangsa lain.

Didalam djaman pembangunan ini kita sudah semestinja memerlukan beberapa guru Tionghoa untuk memperlengkap susunan Guru. Maka disini sudah pada tempatnja, bila saja sebagai putera Indonesia mengutjapkan banjak terima kasih kepada Guru-guru Tionghoa tersebut
jang djuga turut menjumbangkan tenaga untuk memperbanjak kaum intelek kita.

Berdasar atas tjontoh-tjontoh tadi maka saja menarik kesimpulan sebagai berikut: ;,Perguruan Tinggi harus mempunjai tjorak Nasional dan Instituut-Instituut umumnja harus mempunjai tjorak Internasional". Dan oleh karena Perguruan Tinggi Kedokteran tidak berdiri sendiri sadja, tetapi djuga harus mendjadi tjabang pemupuk kebudajaan tanah air kita, maka
tjorak Sekolah Tinggi itu harus mendjadi tjermin dari kebudajaan Indonesia, hal mana mengandung arti sedalam-dalamnja dan seluas-luasnja. ‘

Hadirin jang budiman !
Berhubung dengan pembitjaraan tadi saja merasa berkewadjiban untuk menguraikan tentang pokok dasar kebudajaan kita didalam saat pembangunan ini, jang harus mendjadi pokok
jaitu :

I. Kenjataan, kebenaran (Waarheid).
II. Keindahan (Schoonheid).

Memang sudah selajaknja, apabila kenjataan, kebenaran (waarheid) dan keindahan (schoonheid) didjadikan sendi kebudajaan. Kenjataan dan keindahan jang menghiasi perguruan tinggi pada umumnja, harus terlihat djuga dalam tjorak Perguruan kita ini.

Maka jakinlah kita, bahwa pesatnja kemadjuan pengetahuan ketabiban itu disebabkan oleh karena kita telah mengetahui senjata-njatanja tentang sebab-sebab pelbagai penjakit, dengan mendekati kenjataan.
Sebagai tjontoh disebutkah disini hasil penjelidikan Pasteur dan Koch tentang sebab sebabnja penjakit; dengan mengetahui sebabnja. penjakit Cholera jang hebat itu dapatlah kita memberantas penjakit tersebut, sehingga sudah beberapa tahun kita tidak mengalami lagi bahaja
penjakit Cholera itu terhadap masjarakat.

Lain tjontoh lagi ialah hasil penjelidikan dokter Jenner, tentang sebab-sebabnja penjakit tjatjar. Kita telah dapat melenjapkan penjakit tersebut dari masjarakat. Hasil penjelidikan jang menegaskan sebab-sebabnja penjakit berupa bakteri dan jang membuktikan sifat-sifatnja menurut pengadjaran Pasteur dan Koch sesungguhnja besar sekali faedahnja bagi masjarakat diseluruh dunia umumnja. Terlebih-lebih berarti hasil penjelidikan itu, tatkala pengetahuan tentang bakteri itu dipraktekkan dengan pertjobaan-pertjobaan di Laboratorium Ehrlich.

Maksudnja pertjobaan itu ialah membuat obat-obat Kimia baru dan mempeladjari chasiatnja jang dipergunakan untuk memusnakan bakteri penjakit.

Hasil pekerdjaan ini sudah terkenal diseluruh dunia jaitu: obat suntik salvarsan, jang dipergunakan untuk memberantas penjakit patek dan syphilis. Selandjutnja pendapat Ehrlich jang dinamakan chemotherapie (pengobatan kimia) dilandjutkan di Laboratoria dibeberapa negeri jang mempunjai ahli-penjelidik jang tjakap mendjalankan pertjobaan-pertjobaan itu. Dengan djalan ini kita sudah mengenal berpuluh-puluh obat-obat kimia baru untuk menjembuhkan beberapa penjakit jang sungguh mandjur, misialnja: dagenan, cibasol, untuk menjembuhkan radang-paru dan penjakit lain, jang disebabkan oleh strepto-coccus; plasmochin, atebrin untuk memberantas penjakit malaria.
Hadirin jang budiman ! ·

Diatas sudah diterangkan, bahwa Ehrlich dan murid-muridnja dapatlah membuat  0batobat baru jang menghantjurkan bakteri2 penjakit. Akan tctapi didalam beberapa tahun jang lalu, ada pula ahli-ahli penjelidik, jaitu Fleming, Chain dan Florey, jang dapat mcnemui djalan lain untuk menghindar pertumbuhan bakteri penjakit itu. Beliau2 tersebut menemui zat-zat jang mempunjai kekuatan untuk manghindar pertumbuhah bakteri penjakit. Zat-zat tersebut ditimbulkan oleh sedjenis djamur, dan zat itu mempunjai chasiat seperti Cibasol. Dan tuan-tuan tadi dengan teman-temannja dapat pula mcmbiakkan djamur itu sebanjak-bahjaknja, sehingga
zat-zat tadi dapat mcngisi beribu-ribu botol, jang dibawa oleh balatentara lnggeris dan Amerika sebagai obat jang amat mudjarab untuk menjembuhkan beberapa penjakit infeksi.

Pendek kata: dengan djalan pcnjelidikan didalam laboratorium dapatlah diketahui senjata-njatanja tentang pelbagai penjebab penjakit dan obat-obatan jang sangat berguna dan berharga untuk masjarakat.

Hadirin jang budiman !
Didalam mengerdjakan pemeriksaan pada umumnja, sipenjelidik tentu terharu melihat keindahan alam jang diselidiki itu, dan disitu timbullah perasaan dan pengakuan, bahwa kekuasaan Tuhan jang mendjadikan alam ini sangatlah besarnja. Dengan sendirinja didalam menjelidiki kenjataan itu, sipenjelidik merasa dirinja ketjil dan bodoh dan pada saat itu timbullah rasa-bakti terhadap jang Maha Kuasa.

Dengan keterangan pendek ini, jakinlah kita, bahwa sendi kebudajaan itu adalah kenjataan dan keindahan jang meliputi perguruan tinggi pada umumnja, jang harus djuga terlihat hendaknja dalam tjorak Perguruan kita ini.

Hadirin jang budiman !
Didalam suasana kemerdekaan dan didalam saat pembangunan Negara Indonesia para tabib djuga harus turut menjumbangkan tenaga dan pikirannja agar supaja seluruh dunia mengakui, bahwa kita mempunjai tenaga dan kebidjaksanaan untuk mempertahankan kemerdekaan Negara kita. Terhadap ilmu saja, jaitu microbiologie, tiap-tiap orang harus mengetahui ukuran dan tingkatan ilmu pengetahuan biologic dilain-lain Negeri. Didalam dunia ilmu pengetahuan biologia, adalah Pasteur, Koch dan Ehrlich mendjadi Maha Gurunja. Sekarang di Indonesia ini, apakah sudah patut kita dinamakan murid dari Maha Guru tersebut ?
Apakah udjiannja dan apakah ukurannja ?

Tak lain dan tak bukan, hanja: hasil pekerdjaan kita sendirilah jang harus dibandingkan dengan hasil pekerdjaan dilain-lain Laboratoria di lain-lain Negeri. Sebagai penerangan perkenankanlah saja sekarang memberi laporan sekedarnja tentang hasil pekerdjaan kita bangsa Indonesia:
I.                   Diperpustakaan dunia sudah tertjantum beberapa nama ahli penjelidik bangsa Indonesia; meskipun belum banjak djumlahnja, tetapi telah memperoleh tempat jang tidak mengetjewakan.
II.                Didalam Kongres lnternasional jang memperbintjangkan penjakit Lepra di kota Cairo dalam tahun 1938 pekerdjaan kita tentang hal pemeriksaan dan pemberantasan penjakit Lepra, jang diadjukan oleh Dr. J.B. Sitanala dan Dr. Kuslan, mendapat perhatian sedemikian besar dariahli-ahli penjakit Lepra, sehingga timbullah suara dari wakil India jang mengatakan: ,,You safe the name of the East". (Saudara memelihara nama Benua Timur).

Hadirin jang budiman !

Ingatlah, bahwa hasil pekerdjaan itu terdapat hanja dalam suasana pendjadjahan, djadi sudah tentu, bilamana hasil pekerdjaan itu tumbuh didalam suasana kemerdekaan, akan lebih besar pula nilainja.

III.             Sekarang saja hendak menindjau tingkatan kita dari sudut lain. Tentang kewadjiban jang harus kita lakukan untuk memberantas penjakit-penjakit infeksi (epidemi) menurut pendapatan lnternasional misalnja: pemberantasan penjakit Cholera, pes, tjatjar dll., kita mempunjai kejakinan, bahwa kitapun dapat pula mengerdjakan pemberantasan itu menurut ukuran lnternasional.

Hadirin jangbudiman !

Diatas tadi telah saja uraikan tentang hal-hal jang sudah dapat kita kerdjakan. Sekarang bagaimanakah pengharapan kita untuk pekerdjaan kita dalam djaman jang akan datang?

Sebagaimana telah diketahui oleh hadirin maka usaha dokter-dokter kesehatan jang berkewadjiban memberantas pelbagai penjakit, sudah menimbulkan hasil jang amat bagus, jaitu memusnakan penjakit Cholera dan penjakit tjatjar dengan djalan suntikan, memakai vaccin bikinan Lembaga Pasteur. ·

Pemberantasan penjakit Pes, typhus dan dysenterie dengan suntikan vaccin buatan kita, sudah pula memberi hasil jang agak memuaskan, walaupun hasilnja tidak sebagus hasil pemberantasan penjakit cholera dan tjatjar.

Diatas tadi djuga sudah diterangkan tentang hal pembikinan obat-obat seperti jang telah dikerdjakan oleh Ehrlich dan murid-muridnja. Tentang hal ini kita harus mengakui, bahwa diantara kita belum ada jang dapat membuatnja. Akan tetapi kitapun tidak putus asa, karena hasil penjelidikan tuan Fleming diatas boleh kita pandang sama dengan obat-obat kimia baru seperti cibasol dll. Dan lagi tentang hal ini dapatlah diumumkan, bahwa di Lembaga Pasteur di Klaten  oleh saudara R. Soekarnen sedang diselidiki djamur-djamur jang mengandung zat-zat
penghantjurkan bakteri. Meskipun pekerdjaan ini baru dimulai, usahanja sudah memberi pengharapan, bahwa penjelidikan saudara R. Soekarnen tidak akan sia-sia belaka. .

Dengan usaha ahli-ahli penjelidikan jang dapat membuat vaccin dan 0bat-0bat baru seperti cibasol,dll., dan djuga zat-zat dari djamur, jang dinamakan penicillin itu, tentulah dapat kita memberantas beberapa penjakit. Kemudian akan tinggallah penjaikit-penjakit jang belum
dapat diobati sebagai jang diharapkan, jaitu tbc., lepra dan beberapa penjakit rakjat; Tentang hal ini kitapun harus menaruh perhatian djuga supaja dapat diselidiki djalan pemberantasannja.

Hadirin jang budiman !

Seperti tersebut dalam uraian saja diatas maka
djelaslah beban dan kewadjiban kita para dokter ahli bakteriologie dan biologic didalam djaman pembangunan Indonesia Merdeka. Dengan singkat saja ulangi lagi maksud saja:

I.                   Perguruan Tinggi Kedokteran di Surakarta ini hendaklah mendapat tjorak kebangsaan.
II.                Mentjari djalan baru untuk memperlengkap alat-alat jang akan dipergunakan untuk memberanrantas penjakit rakjat.

Hadirin jang budiman !

Sebagai penutup saja memadjukan pengharapan kepada para mahasiswa, supaja mereka dikemudian hari mentjurahkan tenaganja untuk mempertinggi deradjat kesehatan Negara Indonesia, jang berdjiwa 70 miliun orang. Bagaimana djuga sukarnja dan beratnja kewadjiban ini, tetapi pekerdjaan tersebut sesungguhnja sangatlah mulia. Maka dari itu saja pertjaja, bahwa para mahasiswa akan mendjalankan kewadjiban itu dengan segala kekuatan tenaganja.

Seperti telah saja uraikan maka dengan djalan ilmu bakteri dan ilmu hajat dapatlah kita menimbulkan hasil jang sangat berharga. Maka pada saat pembangunan ini, saja berdo’a, mogamoga Tuhan jang Maha Bidjaksana melimpahkan rahmatNja sebanjak-banjaknja agar supaja saja dapat memberi peladjaran kepada para mahasiswa, serta dapat membangunkan perhatiannja terhadap sa’aI-so’al tersebut, sehingga giatlah mereka membanting tulang untuk menambah kesedjahteraan dan kemakmuran tanah air kita bersama.

Sekianlah !
Bangunlah Indonesia Raya !

Tetap Merdeka !

Senin, 08 Desember 2008

Daftar Keluarga dan Tanggal ULTAHNYA

No Nama Tgl Ultah Keterangan
1 Alm. Soekarnen Eyang kakung
2 Alm. Soertinah Soekarnen Eyang Putri
3 Gandhi Soekarnen 2 September 1928 Anak I

4 Ietje Aisah Natadisastra 13 Mei 1944 Menantu
5 Ariangga  Gandhi 27 Januari Cucu
6 Biairja Gandhi 19 Januari Cucu
7 Agung Berbudi 7 January 1971  Cucu Mantu
8 Kinan Rylie Mahardika 5 April 2006  Cicit
9 Rabindranath 8 Desember Anak II
10 Alm. Maria Sitanala Menantu
11 Retno Pujiastutie 14 November Anak
13 Micahel Kakiailatu 10 Juni Menantu
14 Cindi Angelika 1 Febuari Cicit
15 Sandi Marshal 30 April Cicit
16 Rukmini Koesmawardhani 8 Maret Cucu
17 Ryani Dhyan Parashakti 11 April Cucu
18 Roekmadi Pradangga Pati 25 Mei Cucu
19 Mbak…. Cucu Mantu
20 …. Cicit
21 Sarojini Rochyati 3 Mei Anak III
22 Pancoyo Menantu
23 Junianto 25 Juni Cucu
24 Yanti 10 April Cucu Mantu
25 Cinthia 21 September Cicit
26 Citra 16 November Cicit
27 Atit Cucu
28 Priyono Cucu Mantu
29 Kiki Cicit
30 Rachmad Wicaksono 30 Oktoner Cucu
31. Ety Rusilawati 5 Mei  Cucu Mantu
32A.  Agung Sedayu 27 Juni  Cicit

 32B, Maulana Muusaaidz 18 November Cicit

32C. Sekar Aulia Rachmawati 4 Juni Cicit
33 Siti Adimulyani 29 Oktober Anak IV
34 Alm. Abdulah Bode Menantu
35 M. Reza 20 Juni Cucu
36 Wiwiek 22 April Cucu Mantu
37 Banu 27 Januari Cicit
38 Dipta Cicit
39 Rukma 1 Maret Cicit
40 Rina Amperiana 13 September Cucu
41 Adrian Zagia 17 Agustus Cucu Mantu
42 Auditia 17 September Cicit
43 Auliangga 13 April Cicit
44 Audinda 3 Desember Cicit
45 Fauzan Abdulah 27 Mei Cucu
46 Maurina Rangkuti 25 Oktober Cucu Mantu
47 Nadia Fauzan 16 April Cicit
48 Azura 9 Oktober Cicit
49 Rita Fauziana 8 Agustus Cucu
50 Hadi 7 Desember Cucu Mantu
51 Raras 17 Juni Cicit
52 Abi 22 Desember Cicit
53 Firmansyah Abdulah 29 September Cucu
54 Yuningsih 17 Juni Cucu Mantu
55 Aura 29 Juni Cicit
56 Aurel 29 Juni Cicit
57 Ibrahim 28 April Cicit
58 Ismail 10 Juni Cicit
59 Rochayu Sri Kambardinah 12 Oktober Anak V
60 Soedadi 3 Agustus Menantu
61 Sony Danang Caksono 30 July Cucu
62 Novita Cosmorina 4 November Cucu Mantu
63 Grace R Dee Caksono 25 Maret Cicit
65 Dewi Setyabudiati 4 Oktober Cucu
65B Fx Dwi Putranto Bhayangkoro (Dwi) 13 Oktober Cucu Mantu
65C Henrikus Ronaldo Widatama (Aldo)  13 July Cicit
65D Bonaventura Calvin Raditya 22 July Cicit
66 Agung Prasetyo 1 Agustus Cucu
67 Asti 12 Agustus Cucu Mantu
68 Yehezkiel Christian Prasetyo (Kiki) 9 September Cicit
69 Eunike Kezia Anandartia Prasetyo (Keke) 10 Agustus Cicit
69B Nathanael Deanadhika  Prasetyo (Kaka) 2 September Cicit
70 Merdekawati 16 September Anak VI
71 Haryoto kusnoputranto 30 September Menantu
72 Hapsara Mahardhika (Dicky)      10 Mei  Cucu
73 Asri Dewi Padmasari (Asri)     25 February  Cucu Mantu
74 Daffaras Arfan Mahardhika (Daffa) 6 Januari Cicit
74B Davinia Arisha Mahardhika (Risha) 10 Mei Cicit
75 Harmantya Mahadhipta (Dhipta)      23 Mei Cucu
76 Prita Widya Putri 5 Oktober Cucu Mantu
77 Handika Mahaputra (Dika)      14 Agustus Cucu
78 Triana Endriastika (Tika)      10 Januari Cucu Mantu
78B Aleesya Azzahra Mahaputra (Alsya) 8 Juni Cicit
78C Aisyah Hasanah Mahaputra (Aisyah) 18 September Cicit
78D Aminah Humaira Mahaputra (Aminah) 27 Oktober cicit
79 Kusumaningsih Dewi Parintis 31 Desember Anak VII
78 Untung Suryanto 15 April Menantu
79 Ruben Suryanto 20 November Cucu
80 Helen 7 Januari Cucu Mantu
81 Jesselyn Cicit
82 Paskah Cicit````````````````````````````````````````````````````````````
83 Lia Suryanto 19 Maret Cucu
84 Andre Rumeser Cucu Mantu
85 Alexandra Rumeser Cicit
86 Astrid D Suryanto 7 Februari Cucu